HUBUNGAN DIMENSI
STATUS EGO DAN KEPRIBADIAN PADA REMAJA DI
JAKARTABARAT
Marcella Evalie
Claudia
Jurusan Psikologi, Binus University
Jl.
Kemanggisan Ilir III No. 45 Kemanggisan – Palmerah Jakarta Barat 11480
marcellaevalie@yahoo.com
ABSTRACK
The purpose of this study was to look at the
relationship between ego and personality dimensions status in adolescents in
West Jakarta. The method used is quantitative method with the subject of late
adolescence as many as 300 people who had an age range 18-21 years and live in
Jakarta. There was a significant relationship between the dimensions of ego
states with some aspects of personality with a positive direction. There is a
significant correlation between the personality aspect Ekstroverted Commitment
(r = 0, 187; p <0.05), Down to Earth (r = 0.382; p <0.05), Big Picture
Thinking (r = 0.337; p <0 05) People Focused (r = 176; 0> 0.05), Outcome
Focused (r = 252, p <0.05), Inspiration Driven (0,287; p <0.05), and
Discipline Driven (r =. 0.260; p <0.05) This indicates that the level of
Commitment someone associated with the personality aspect. There is a
relationship between Exploration with extroverted personality aspects (r = 206,
p <0.05), Down to Earth (r = 0.198; p <0.05), Big Picture Thinking (r = 0.228;
p <0.05); People Focused (r = 0.295; p <0.05), Inspiration Driven (r =
0.190; p> 0.05), and Discipline Driven (r = 0.205; p <0.05). This
indicates that the higher aspects of personality that indicates higher the
Commitment and vice versa, but both were in relationships that are less strong
(weak and moderate).
Keywords: Crisis of Identity Youth, Personality,
Late Adolesence
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara dimensi status ego dengan
kepribadian pada remaja di Jakarta Barat. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan subjek remaja akhir sebanyak 300
orang yang memiliki rentang usia 18-21 tahun dan berdomisili di DKI Jakarta.
Ada hubungan yang signifikan antara dimensi status ego dengan beberapa aspek kepribadian dengan arah
yang positif. Terdapat hubungan yang signifikan antara Commitment dengan aspek
kepribadian Ekstroverted (r=0, 187; p< 0,05), Down to Earth (r=0,382 ;
p<0,05), Big Picture Thinking(r=0,337 ; p<0,05) People Focused (r=176 ;
0>0,05), Outcome Focused (r=252 ; p<0,05), Inspiration Driven (0,287 ;
p<0,05), dan Discipline Driven (r=.0,260 ; p<0,05) Hal tersebut
mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya Commitment seseorang berhubungan dengan
Aspek Kepribadian tersebut. Terdapat hubungan antara Exploration dengan aspek
kepribadian Extroverted (r=206 ; p<0,05), Down to Earth (r=0,198 ;
p<0,05), Big Picture Thinking (r=0,228 ; p<0,05), People Focused (r=0,295
;p<0,05), Inspiration Driven (r=0,190 ; p> 0,05), dan Discipline Driven
(r=0,205; p<0,05). Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingginya aspek
kepribadian tersebut menunjukan tinggi pula Commitment begitu sebaliknya,
tetapi keduanya dalam hubungan yang kurang kuat (lemah dan sedang).
Kata kunci: Pencarian Identitas Remaja, Kepribadian, Remaja
Akhir
PENDAHULUAN
Pengamatan
Peneliti mengenai remaja di Jakarta menjadi sorotan masyarakat untuk dibenahi
segala macam kasusnya. Adapun tokoh psikologi yang bernama Erikson juga
berpendapat bahwa remaja adalah tahap pencarian identitas. Menurut Erikson,
manusia selalu mengalami krisis ego pada setiap tahapan hidupnya. Krisis ego
terjadi sebagai cara untuk menemukan
siapa dirinya dan apa tugasnya di dalam tahapan perkembangan tertentu, krisis
ego pada usia remaja yaitu tentang mencari tahu siapa dirinya (Friedman &
Shustack, 2006). Meskipun Kota Jakarta telah menyediakan begitu banyak
fasilitas bagi remaja (seperti gedung olah raga, rumah belajar, kursus, dan
lain-lain) untuk menggali siapa dirinya, tetapi peneliti melihat bahwa hal
tersebut tidak membuat para remaja tahu secara pasti sejauh mana mereka akan
menetapkan hal-hal untuk di masa depannya. Krisis ego pada masa remaja
(Steinberg, 1992), adalah pembentukan identitas maka menurut Marcia (1993)
pembentukan identitas pada masa remaja merupakan masalah yang penting karena
segala persiapan dan tugas-tugas perkembangan remaja perlu diselesaikan sesuai
dengan pada tahapannya, dan diharapkan remaja akhir sudah tahu siapa dirinya
dan mengerti untuk menentukan setiap keputusan-keputusan mereka yang akan
berpengaruh terhadap tugas perkembangan berikutnya di masa dewasa awal. Marcia
(1993) mengatakan bahwa pencarian identitas mereka melalui proses dari
pengamatan mereka tentang dunia luar terhadap dirinya, apakah diri mereka
diterima atau ditolak. Selama remaja, kekuatan identitas terhadap krisis
sebagai pemuda belajar untuk memisahkan konflik psikososial terhadap identitas
dan kebingungan identitas. Namun pada faktanya, menurut Feist dan Feist (2006),
status ego tidak berakhir selama remaja, tetapi krisis antara identitas
(identity) dan kebingungan identitas
(identity confusion) menjadi dasar yang kuat bagi individu pada tahapan
remaja untuk mengetahui siapa kira-kira diri mereka pada tahapan dewasa awal.
Tugas dalam perkembangan remaja menurut Feist dan Feist (2006), perlu digali
dan dipahami oleh individu guna untuk memahami siapa dirinya dan siapa mereka
dalam menghadapi dunia luar. Hal tersebut yang menjadi acuan bagi peneliti
untuk mempertimbangkan bahwa krisis pencarian identitas remaja tersebut perlu
diselesaikan untuk mengarahkan kehidupan remaja menjadi lebih jelas dan
terarah. Menurut Erikson (dalam Feist
& Feist, 2006), tahapan perkembangan remaja berada di antara identitas atau
kebingungan identitas (identity versus identitiy confusion). Ego identitas yang ditemukan Erikson adalah
tahapan remaja sebagai tahapan klimaks sebagai pemuda yang mencari siapa diri
mereka, dan siapa yang tidak sesuai diri mereka. Hal-hal yang dibahas dalam
perkembangan ini yaitu seksual, idiologi, dan kedudukan perkejaan.
Rumusan masalah
dari penelitian kali ini adalah “Apakah ada hubungan antara dimensi status ego
dan aspek kepribadian pada remaja akhir di Jakarta?”
Tujuan
penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui adakah terdapat hubungan
positif antara dimensi status ego dan
Kepribadian pada remaja di Jakarta Barat.
Marcia (1993) menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan melalui status identitas berdasarkan ada tidaknya exploration (krisis) dan commitment. Exploration yang juga dikenal dengan istilah krisis adalah suatu periode dimana adanya keinginan untuk berusaha mencari tahu, menyelidiki berbagai pilihan yang ada dan aktif bertanya secara serius, untuk mencapai sebuah keputusan tentang tujuan-tujuan yang akan dicapai, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan.
Penelitian ini
menggunakan alat ukur kepribadian yang
terbaru bernama Lumina Youth. Pertimbangan ini muncul dikarenakan Lumina Youth
adalah alat ukur yang cukup unik dan
inovatif dalam mengukur
kepribadian. Tentunya, Lumina menggambarkan
kepribadian individu secara
menyeluruh dengan menggunakan dasar
teori dari Carl Gustav Jung untuk memahami bagaimana individu dalam berbagai situasi. Lumina (Desson, 2014) juga
membagi ‘persona’ dalam tiga kondisi yaitu : underlying (sikap dan sifat
individu tanpa tuntutan sosial), everyday (sikap dan sifat individu dalam
keseharian), dan overextended (sikap dan sifat individu ketika menghadapi
tekanan).
Untuk Penelitian
ini, akan berfokus kepada remaja akhir berusia 18-21, karena telah disesuaikan
dengan budaya setempat dengan perkembangan psikologis masyarakat yang agak
berbeda dengan budaya adaptasi dari barat.
METODE PENELITIAN
Data penelitian
akan diperoleh dari partisipan dengan kategori remaja akhir (late adolesence)
berkisar antara usia 18 sampai dengan 21 tahun (Hurlock, 2007). Ketentuan
partisipan tersebut diperoleh dari pertimbangan bahwa remaja akhir diharapkan
sudah lebih matang dan berpengalaman dalam hal exploration maupun commitment
mereka untuk menentukan masa dewasa awal mereka. Pada penelitian ini,
karakteristik yang harus dimiliki partisipan penelitian antara lain sebagai
berikut:Usia 18-21 tahun dan berdomisili di Jakarta Barat. Untuk menjawab
pertanyaan penelitian ini, data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan
akan diolah menggunakan spearman product moment. Pengolahan data dilakukan
dengan menghitung korelasi Status Ego dengan Kepribadian. Perhitungan
menggunakan rumus spearman product moment dengan menggunakan bantuan software
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 20.
HASIL DAN BAHASAN
Hipotesis dalam penelitian ini
diuji dengan uji statistik nonparametrik, yakni korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan antara dimensi status ego dan
kepribadian pada remaja di Jakarta Barat. Korelasi spearman merupakan uji
korelasi yang tidak menyarankan data terdistribusi secara normal. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan SPSS versi 20.
Berikut table hasil uji korelasi :
Tabel Korelasi
dimensi commitment dengan aspek kepribadian
|
|
|
|
R
|
Sign.
|
Commitment -
Extroverted
|
0,187
|
0,001
|
Commitment – Introverted
|
0,46
|
0,426
|
Commitment - Down to Earth
|
0,382
|
0,000
|
Commitment - Big Picture Thinking
|
0,337
|
0,000
|
Commitment - People Focused
|
0,176
|
0,002
|
Commitment - Outcome Focused
|
0,252
|
0,000
|
Commitment - Inspiration Driven
|
0,287
|
0,000
|
Commitment - Discipline Driven
|
0, 260
|
0,000
|
Sumber : Pengolahan data IBM SPSS (Version 20)
Ada korelasi yang signifikan antara
Commitment dengan Extroverted (r=0,187;
p<0,05). Maka dari itu H01 ditolak, yang artinya hubungan antara commitment
dengan ekstrovert berkorelasi lemah dengan arah yang positif. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada hubungan yang searah dimana semakin tinggi commitment
maka kecenderungan mempunyai aspek kepribadian Extroverted juga tinggi.
Sebaliknya semakin rendah kecenderungan dalam berkomitmen, maka semakin rendah
juga individu tersebut memiliki aspek kepribadian extroverted.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
commitment tidak berkorelasi secara signifikan dengan aspek kepribadian
Introverted (r=0,46; p > 0,05) Maka dari itu H02 diterima, yang artinya
tidak ada hubungan antara commitment dan introverted.
Ada korelasi yang signifikan antara Commitment
dengan Down to Earth (r=382; p<0,05). Maka dari itu H03 ditolak, yang
artinya hubungan antara commitment dengan Down to Earth berada pada tingkat
korelasi sedang, dengan arah yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada
hubungan yang searah dimana semakin tinggi commitment maka kecenderungan mempunyai
aspek kepribadian Down to Earth juga tinggi. Sebaliknya, semakin rendah
kecenderungannya dalam berkomitmen, maka semakin rendah juga individu tersebut
memiliki aspek kepribadian Down to Earth.
Ada korelasi yang signifikan antara
commitment dengan Big Picture Thinking (r=0,337 ; p<0,05). Maka dari itu H04
ditolak, yang artinya hubungan antara commitment dengan Big Picture Thinking
berkorelasi pada tingkat sedang, dengan arah yang positif. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada hubungan yang searah dimana semakin tinggi commitment
maka kecenderungannya mempunyai aspek kepribadian Big Picture Thinking juga
tinggi. Sebaliknya, semakin rendah kecenderungan dalam berkomitmen, maka
semakin rendah juga individu tersebut memiliki aspek kepribadian Big Picture
Thinking.
Ada korelasi yang signifikan antara
Commitment dengan People Focused (r=0,176 ; p<0,05). Maka dari itu H05
ditolak, yang artinya hubungan antara Commitment dengan People Focused
berkorelasi sangat lemah, dengan arah yang positif. Hal ini mengindikasikan
bahwa ada hubungan yang searah dimanan semakin tinggi Commitment maka
kecenderungan mempunyai aspek kepribadian People Focused juga tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah kecenderungan dalam berkomitmen, maka semakin rendah
juga individu tersebut memiliki aspek kepribadian People Focused.
Ada korelasi yang signifikan antara
Commitment dengan Outcome Focused (r=0,252 ; p <0,05). Maka dari itu H06
ditolak, yang artinya hubungan antara Commitment dengan Outcome Focused
berkorelasi lemah dengan arah yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada
hubungan yang searah dimana semakin tinggi commitment maka kecenderungan
mempunyai aspek kepribadian Outcome Focused juga tinggi. Sebaliknya semakin
rendah kecenderungan dalam berkomitmen, maka semakin rendah juga individu
tersebut memiliki aspek kepribadian Outcome Focused.
Ada korelasi yang signifikan antara
Commitment dengan Inspiration Driven (r=0,287; p<0,05). Maka dari itu H07
ditolak, yang artinya hubungan antara Commitment dengan Inspiration Driven
berkorelasi lemah dengan arah yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada
hubungan yang searah dimana semakin tinggi Commitment maka kecenderungan
mempunyai aspek kepribadian Inspiration Driven juga tinggi. Sebaliknya, semakin
rendah kecenderungan dalam berkomitmen, maka semakin rendah juga individu
tersebut memiliki aspek kepribadian Inspiration Driven.
Ada korelasi yang signifikan antara
Commitment dengan Discipline Driven (r= 0,260, p<0,05). Maka dari itu H08
ditolak, yang artinya hubungan antara Commitment dengan Discipline Driven
berkorelasi lemah dengan arah yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada
hubungan yang searah dimana semakin tinggi Commitment maka kecenderungan
mempunyai aspek kepribadian Discipline Driven juga tinggi. Sebaliknya semakin rendah
kecenderungan dalam berkomitmen, maka semakin rendah juga individu tersebut
memiliki aspek kepribadian Discipline Driven.
Tabel 4.6. Korelasi dimensi Exploration dengan aspek kepribadian
|
||
|
R
|
Sign.
|
Exploration - Extroverted
|
0,206
|
0,000
|
Exploration – Introverted
|
0,75
|
0,198
|
Exploration - Down to Earth
|
0,198
|
0,001
|
Exploration - Big Picture Thinking
|
0,228
|
0,000
|
Exploration - People Focused
|
0,295
|
0,000
|
Exploration - Outcome Focused
|
-0,010
|
0,864
|
Exploration - Inspiration Driven
|
0,190
|
0,001
|
Exploration - Discipline Driven
|
0,
205
|
0,000
|
Ada
korelasi yang signifikan antara Exploration
dengan Extroverted (r=0,206; p<0,05). Maka dari itu H09
ditolak, yang artinya hubungan antara Exploration
dengan ekstroverted berkorelasi lemah
dengan arah yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan yang
searah dimana semakin tinggi Exploration
maka kecenderungan mempunyai aspek kepribadian Extroverted juga tinggi. Sebaliknya semakin rendah kecenderungan
dalam bereksplorasi, maka semakin rendah juga individu tersebut memiliki aspek
kepribadian extroverted.
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa Exploration
tidak berkorelasi secara signifikan dengan aspek kepribadian Introverted (r=0,5; p > 0,05) Maka
dari itu H010 diterima, yang artinya tidak ada hubungan antara commitment dan Introverted.
Ada
korelasi yang signifikan antara Exploration
dengan Down to Earth (r=0,198; p<0,05). Maka dari itu H011
ditolak, yang artinya hubungan antara Exploration
dengan Down to Earth berkorelasi
lemah dengan arah yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan yang
searah dimana semakin tinggi Exploration
maka kecenderungan mempunyai aspek kepribadian Down to Earth juga tinggi. Sebaliknya semakin rendah kecenderungan
dalam bereksplorasi, maka semakin rendah juga individu tersebut memiliki aspek
kepribadian Down to Earth.
Ada
korelasi yang signifikan antara Exploration
dengan Big Picture Thinking (r=0,228; p<0,05). Maka dari itu H012
ditolak, yang artinya hubungan antara Exploration
dengan ekstroverted berkorelasi lemah
dengan arah yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan yang
searah dimana semakin tinggi Exploration
maka kecenderungan mempunyai aspek kepribadian Big Picture Thinking juga tinggi. Sebaliknya semakin rendah
kecenderungan dalam bereksplorasi, maka semakin rendah juga individu tersebut
memiliki aspek kepribadian Big Picture
Thinking.
Ada korelasi yang signifikan antara Exploration dengan People focused (r=0,295;
p<0,05). Maka dari itu H013 ditolak, yang artinya hubungan antara Exploration dengan People Focused berkorelasi lemah dengan arah yang positif. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada hubungan yang searah dimana semakin tinggi Exploration maka kecenderungan mempunyai
aspek kepribadian People Focused juga
tinggi. Sebaliknya semakin rendah kecenderungan dalam bereksplorasi, maka
semakin rendah juga individu tersebut memiliki aspek kepribadian People Focused.
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa Exploration
tidak berkorelasi secara signifikan dengan aspek kepribadian Outcome Focused (r=0,206; p > 0,05)
Maka dari itu H02 diterima, yang artinya tidak ada hubungan antara exploration dan Outcome Focused.
Ada
korelasi yang signifikan antara Exploration
dengan Inspiration Driven (r=0,190; p<0,05). Maka dari itu H015
ditolak, yang artinya hubungan antara Exploration
dengan Inspiratin Driven berkorelasi
lemah dengan arah yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan yang
searah dimana semakin tinggi Exploration
maka kecenderungan mempunyai aspek kepribadian Inspiration Driven juga tinggi. Sebaliknya semakin rendah
kecenderungan dalam bereksplorasi, maka semakin rendah juga individu tersebut
memiliki aspek kepribadian Inspiration
Driven.
Ada
korelasi yang signifikan antara Exploration
dengan Discipline Driven (r=0,205; p<0,05). Maka dari itu H016
ditolak, yang artinya hubungan antara Exploration dengan Discipline Driven berkorelasi lemah dengan arah yang positif. Hal
ini mengindikasikan bahwa ada hubungan yang searah dimana semakin tinggi Exploration maka kecenderungan mempunyai
aspek kepribadian Extroverted juga
tinggi. Sebaliknya semakin rendah kecenderungan dalam bereksplorasi, maka
semakin rendah juga individu tersebut memiliki aspek kepribadian Discipline Driven.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari
pengolahan data pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara Commitment dengan aspek kepribadian Extroverted, Down to Earth, Big
Picture Thinking, People Focused, Outcome Focused, Inspiration Driven dan Discipline
Driven. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara Commitment dengan aspek
kepribadian Introverted.
Disisi
lain, dapat disimpulkan juga bahwa ada hubungan antara Exploration dengan aspek
kepribadian Extroverted, Introverted, Down to Earth, Big Picture Thinking,
People Focused, Inspiration Driven, Discipline Driven. Sedangkan tidak terdapat
hubungan antara Exploration dengan aspek kepribadian Introverted dan Outcome
Focused.
Peneliti
menghimbau untuk penelitian yang akan dilakukan sebelumnya sangat-sangat
mempertimbangkan alat ukur yang dipakai, terlebih lagi untuk mengukur
Commitment dan Exploration yang sudah diadaptasi , sesuai dengan kebutuhan
demografi Indonesia. Untuk permasalahan agama dan politik yang perlu dikaji
ulang untuk disamakan dengan perilaku gambaran umum masyarakat Indonesia.
Penelitian ini membutuhkan waktu yang panjang untuk benar-benar mendapatkan
hasil yang terbaik, karena pengisian kuesioner dengan item yang banyak, tidak
semua partisipan bersiap hati dengan terbuka mengisi kuesioner tersebut.
Peneliti
berharap penelitian ini akan bermanfaat bagi para ilmuan psikolog untuk
membangun referensi mengenai remaja dan
perkembangan, guna dapat membangun penelitian-penilitian yang lebih
bermutu. Dapat juga bagi orangtua yang bisa lebih lagi memami anaknya beserta
masalah kepribadian anaknya, dan para guru atau layanan bimbingan konseling
dalam menanggapi permasalahan identitas remaja akhir yang mungkin berkaitan
dengan perencanaan status kedudukan mereka.
REFERENSI
Andangsari,
E.W., Angie, G., Rumeser, J., Wisudha, A. (2016). The Correlation between
Peronality and Individual Entrepreneurial Orientation: A Recommendation for
Entrepreneurial Education. Proceeding of International Conference on
Entrepreneurship. Pelita Harapan University, Tanggerang, hal. 11-12.
Balistreri, E.,
Busch-rossnagel, N.A., Geisinger, K.F. (1995) Ego Identity Processm
Questionnaire. Journal of adolescence, 18, 179-192.
Clancy, S.M.,
& Dollinger, S.J. (1993). Identitiy, self, and personality: I. Identity
status and the Five-Factor Model of Personality. Journal of Research on
Adolesence, 3 (3), 227-245.
Chandra, A.D.,
Rahmawati, I., Hardiani, R.S.(2009). Hubungan Tipe Kepribadian dengan Perilaku
Seksual Berisiko Remaja di SMKN “X” Jember. Skripsi : Universitas Jember.
Desyandri. (21
Januari 2014). Teori perkembangan psikosisial Erikson. Diambil dari https://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-perkembangan-psikososial
erik erikson/
Derlega, V.S.,
& Jones, W.B. (2005). Personality contemporary theory and research. Belmont: Wadworth Thompson.
Djaali &
Muljoni, P. (2007). Pengukuran dalam bidang pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Desson, S.
(2013). 02 Lumina spark-the theory-the big5 and jung. Tidak diterbitkan: Lumina
Learning.com
Desson, S.
(2013). 03 Lumina spark-the theory-definition. Tidak diterbitkan: Lumina
Learning.com
Desson, S.
(2013). 05 Lumina Spark-The Theory-Validity. Tidak diterbitkan: Lumina
Learning.com
Derlega, V.S.,
& Barbara W, J. (2005). Personality contemporary theory And Research.
Belmont: Wadworth Thompson.
Erikson, E.H.
(1968). Identity: Youth and Crisis. New York: Norton & Company.
Farida, A.
(2013). Karakter Remaja. Bandung: Nuansa Cendikia.
Feist, J., &
Feist,G.J. (2006). Theories of personality sixth edition. Singapore: McGraw
Hill.
Gravetter, F.J.
&Wallnau, L.B. (2007). Statistic for Behavior Science (7th edition). Canda:
Thomson Learning, Inc.
Gravetter, F.J.,
Forzano, L.B. (2012) Research Methods for the Behavioral Sciences (4th
Edition). Canada: Cengage Learning.
Hariyanto. (11
Desember 2009). Tugas perkembangan remaja. Diambil dari http://belajarpsikologi.com/tugas-perkembangan-remaja/
Harlock, B.E.
(2006). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Howard, F.S.,
& Schustack, M.W. (2008). Kepribadian teori klasik dan riset modern. Jakarta: Erlangga
Hall, C.V.,
Garner, L. (1985). Introduction to theories of personality. New York: John Wiley & Sons.
Howard, F.S.,
& Schustack, M.W. (2008). Kepribadian teori klasik dan riset modern. Jakarta: Erlangga.
Kroger, K.
(2004). Identity in Adolesence : The Balance Between Self and Other. NewYork:
Routledge.
Marcia, J.E.,
Waterman, A.S., Matteson, D.R., Archer, S.L., Orlofsky, J.L. (1993). Ego
Identity : A Handbook for Psychosocial Research. New York : Govement Employees
Nasution.
(2011). Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, M.
(2005). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Pervin, L.
(1984). Personality: Theory And Research, New York: John Wiley & Sons.
Pervin, L.
(1984). Personality: Theory And Research, New York: John Wiley & Sons.
Santrock,
J.W.(2007). Adolescence. Jakarta :
Erlangga.
Sari, I. (2014).
Hubungan antara persepsi pola asuh orang tua dengan perilaku konsumtif remaja akhir
di Jakarta. Diambil dari Online Library Binus University.
Samsunumyati, M.
(2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda
Salkind, N. J.
(2004). An Introduction to Theories of Human Development. London: Sage Publications.
Santrock, J.W.
(2012). Life-span Development. Dallas: Mc Graw-Hill.
Sawitri,
D.R.(2009). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir terhadap
Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Mahasiswa Tahun Pertama di Universitas
Diponogoro. Skripsi : Universitas Diponogoro.
Steinberg.
(2002). Adolescence. 6thEd. USA: McGraw Hill Higher Education.
Sugiyono.
(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suryabrata, S.
(1983). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Schultz, D.P.,
& Shultz, S.E. (2005) .Theories of Personality. USA: Wadsworth.
Winkel. (2005).
Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Yusuf, S.L.N.,
& Juntika, N. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
RIWAYAT PENULIS
Marcella Evalie Claudia, Bandung, 7
November 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara
dalam bidang psikologi pada tahun 2016.